Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Agustus 2016

Taubat Imam Mukidi

tobat sambel -tuturahmad.com

Taubat Imam Mukidi - Taubat atau tobat (dalam bahasa kita) secara bahasa berasal dari bahasa Arab; taaba, yatuubu, taubatan, yang berarti kembali. Makna kembali di sini adalah kembali dari segala hal yang tercela menurut norma agama.

Sedangkan kalau dilihat secara istilah taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dari segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. 

Secara ringkas taubat adalah meninggalkan dan menyesali serta berjanji untuk tidak mengulangi lagi segala perbuatan tercela.

Tumben Soleh
Wuih, tumben ngomongin masalah tobat. Jangan-jangan pemilik blog ini lagi dapat hidayah ya? Hehehe.

Ini sebenarnya tema dadakan, tidak disengaja, dan asal tulis. 

Awalnya sedang blogwalking. Terbang sana, terbang sini. Terus terkaget-kaget ketika menemukan berita seorang pedangdut senior ditangkap polisi karena ketahuan sedang nyabu. Parahnya lagi, ini adalah penangkapan ke tiga kalinya kepada dirinya. 

Kita jangan sebutkan namanya. Kita panggil saja dia Imam. Imam sudah 3 kali ditangkap polisi karena kasus penyalahgunaan narkoba. Pada tahun 2008, dia ditangkap di Medan karena kasus narkoba, dihukum penjara 14 bulan. 

Lalu, pada tahun 2010 kembali ditangkap polisi dengan kasus serupa di apartemennya di Jakarta. Eh, kemarin Sabtu, pelantun tembang Jangan Tinggalkan Aku ini kembali ditangkap untuk yang ketiga kalinya. Sepertinya dapat hadiah gelas deh dari pak polisi.

Tobat Sambel
Di atas sudah dibahas mengenai definisi dan makna taubat/tobat. Dan kita semua sepakat dengan definisi, makna, dan maksudnya. Baik secara agama maupun norma.

Sayangnya, untuk Sang Pedangdut ini tobat yang dia lakukan adalah tobat sambel. Tahu kan, di masyarakat kita ada istilah Tobat Sambel. 

Tobat sambel adalah sebuah majas untuk menggambarkan seseorang yang tidak pernah benar-benar kapok untuk berhenti melakukan sesuatu. Tobat sambel  itu seperti kita makan sambal pedas, saat itu bilang kapok. Tetapi, 'sensasi' pedas yang didapatkan itu seringkali diinginkan kembali, dan akhirnya kita akan memakannya lagi. Itulah yang dimaksud 'tobat sambel'.

“Kata tobat di masyarakat sekarang sudah menjadi sekedar kata seru untuk menyatakan kekagetan atau kekesalan, bukan lagi kata yang bermakna penyucian diri”, ujar Mukidi sok bijak.

“Terus harusnya gimana, Di”, Tanya Mbah Mul.

“Ya sudah saatnya kita kembali ke taubat dalam terminologi agama, karena sesungguhnya Allah itu Maha Penerima Taubat bagi hamba-Nya yang benar-benar bertaubat”, tandas Mukidi sambil meraih gitar

“Hmm, tumben sampeyan jadi soleh, Di. Biasanya ucapan sampeyan banyolan semua, seperti yang beredar di grup-grup BBM dan WA akhir-akhir ini”, ujar Mbah Mul takjub.

“Aku sudah taubat, Mbah”, jawab Mukidi.Tangannya siap memetik gitar.

“Semoga bukan tobat sambel”. Mbah Mul rebahan, siap mendengarkan nyanyian Mukidi.

Malam makin beranjak. Lelangit dihias rembulan perak. Mukidi mulai bernyanyi diiringi suara gitar. Sebuah lagu yang pernah dibawakan oleh pedangdut senior Imam S. Arifin, berjudul Tebusan Dosa.

“Kabar-kabar tentang adzab yang mengerikan
Orang-orang yang menutup mata hati dan inderanya
Berpaling dari seruan kebenaran ajaran Tuhan
Kehancuran, malapetaka baginya

Kabar-kabar tentang nikmat kemuliaan
Orang-orang yang menaklukkan nafsunya dengan taqwa
Melaksanakan seruan kebenaran ajaran Tuhan
Kedamaian, kebahagiaan baginya…”





Minggu, 17 April 2016

Balada Ngontrak

Baru dua minggu ini saya dan keluarga menempati kontrakan baru. Letaknya di Komplek Pos dan Giro. Sengaja milih di sana karena lokasinya yang dekat dengan sekolah Hasya. Sekolah si sulung letaknya bersebrangan dengan perumahan kami, malah gerbang sekolahnyapun terlihat dari rumah. Jadi tidak perlu lagi pake mobil antar jemput.

Kalau dihitung dari pertama pindah ke Bandung karena Hasya sekolah, maka ini adalah kontrakan yang ke empat yang kami tinggali. Sebelumnya, dua kali pindahan di sekitar Cisaranten Kulon (6 bulan), terus pindah ke Cipagalo (1 bulan), dan sekarang kami di perumahan Pos dan Giro.

Kalau dihitung dari setelah nikah maka total sudah sebelas kali kami pindah kontrakan. Paling lama kami ngontrak selama 7 bulan, dan paling sebentar kami tiga minggu. Apakah tidak capek? Apakah tidak memiliki keinginan punya rumah? Pertanyaan klasik yang pasti sudah pada tahu jawabannya. Hehehe..

Impian Yang Belum Terwujud
Pastinya memiliki rumah bagi setiap orang, terutama yang sudah berumah tangga adalah impian. Malah, menurut saya memiliki rumah bukan lagi impian, tapi sebuah kebutuhan.

Tapi harga rumah sekarang, yang segede pos ronda saja, mahalnya minta ampun, apalagi jika lokasinya di kota. Sebelum Hasya sekolah, saya dan istri berencana mau ngredit rumah. Sebuah kelumrahan di jaman sekarang. Ada gitu yang beli rumah cash sekarang, apalagi sekelas karyawan? Tapi, ternyata ga dapet-dapet. Ga dapet yang bagus dan harga murah. Pengennya sih, dapat rumah yang bagus, minimal kamar empat, ada taman, garasi, lokasi di kota, tapi harga di bawah 200 juta!

Nyatanya susah banget. Ada yang murah tapi lokasinya di Baleendah atau Rancaekek, atau di Cileunyi sana (maaf bukan bermaksud menjelekkan lokasi tersebut, tapi rata-rata daerah-daerah tersebut dilewat setiap orang dari daftar pencarian rumah). 

Hingga kemudian tiba Hasya waktunya sekolah. Mutar muter cari sekolah yang bagus, Alhamdulillah dapat sekolah yang bagus. Meski menguras dompet dan tabungan, tidak apa-apalah, apapun yang terbaik demi anak.

Terus gimana rumahnya? Kita ngontrak lagi saja. Toh ngontrak bukan pekerjaan haram dan memalukan toh, sembari nabung, kumpul-kumpul uang dari (sisa) gaji, dari orderan, dari sumbangan orang tua, siapa tahu cukup buat DP. Itu rencana tahun lalu. Nyatanya, setahun berlalu tapi uangnya ga kumpul-kumpul juga. Oladalah...

Terus rumahnya gimana? Kita ngontrak lagi aja. Allah belum ngasih, masih nunggu waktu yang tepat buat kita. Dia Maha Tahu yang terbaik buat kita. Mencoba bijak dan soleh.

Mencoba Menikmati dengan Bersyukur
Saya dulu, hingga sekarang, bercita-cita ingin keliling dunia, tinggal dan hidup di negeri-negeri jauh, misalnya Francis, Inggris, Kanada, Belgia, Swiss, Belanda, Jerman, Turki, Selandia Baru, Afrika Selatan, dll. Ingin menginjakan kaki di belahan Bumi Allah yang lainnya. Cuman hingga detik ini belum kesampaian.

Kini, saya dan keluarga keliling sebagian wilayah Bandung. Ngontrak. Mungkin sebelum saya diberi kesempatan keliling dunia, saya mesti keliling Bandung dulu,  Hehehe.

Kami sikapi dengan bijaksana aja sih, buat apa juga ngeluh. Memangnya kalau ngeluh langsung ada yang ngasih rumah? Dengan pindah sana pindah sini justeru kami jadi banyak keluarga, banyak kenalan, banyak kerabat. Apalagi daerah sekitar Babakan sari, Kiaracondong, wuuiihhh bagaikan melihat telapak tangan sendiri. Di daerah sanalah kami pindah kontrakan hingga tujuh kali. Hafal betul daerah sana. Tiap lewat gang-gangnya pasti ada saja yang kenal dan menyapa.

Kadang saya suka ngobrol sama istri, mungkin Allah membiarkan kita ngontrak dulu supaya kita banyak melakukan kebaikan di tiap tempat. Sejauh mana kebaikan yang kita berikan di tiap tempat yang pernah kita tinggali. Setelah itu kami sering review tiap tempat yang kita singgahi dan pernah tinggal di sana. Alhamdulillah, seingat kami, kami belum pernah melakukan kejelekan, baik ke yang punya rumah ataupun ke lingkungan setempat.

Kami dengan yang punya kontrakan yang dulu-dulu juga masih sering komunikasi, saling menyapa jika bertemu. Ada ibu kontrakan yang sms nanyain sudah punya rumah belum, kalau belum ngontrak di ibu lagi saja. Ada ibu kontrakan yang nangis tersedu sambil meluk istri saya ketika kami mau pindah (mungkin karena pemasukannya berkurang ya..).

Tapi syukur Alhamdulillah, dari pengalaman ngontrak ini kami jadi bertambah saudara, jadi hafal daerah-daerah yang tadinya kami tidak ketahui. Mungkin itulah hakikatnya, supaya kami saling mengenal dan saling silaturahmi.

Terus gimn rumahnya? Ngontrak lagi aja. Tidak apa-apa ngontrak asal bahagia, anak-anak soleh dan soleha, tercipta keluarga yang memberi manfaat untuk lingkungan. Dari pada punya rumah, tapi tidak bahagia, tidak menjadi surga buat penghuninya.

Tulisan ini dibuat diiringi rintik hujan sore di bulan April, ditemani secangkir teh hangat dan goreng pisang buatan istri tercinta. Sambil sesekali melihat si sulung mengajari adiknya membaca.


Ya Rabb, tak ada sesuatupun yang terasa nikmat kecuali dilalui dengan rasa syukur. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang selalu pandai bersyukur akan karunia yang Engkau berikan. Aamiin

Rabu, 23 Maret 2016

Momen Indah Seorang Ayah


Jika ditanya, apa momen terindah saya sebagai seorang Ayah?
Bagi saya, setiap saat bisa mendampingi buah hati adalah momen indah dan sangat berharga. Ketika pulang kerja anak-anak menyambut dengan pekikan bahagia adalah saat bahagia yang takbisa digambarkan. Saat anak-anak mencari dan membutuhkan saya untuk menyelesaikan masalahnya, baik mengenai pelajaran ataupun cuma membetulkan mainan adalah sebuah momen dimana saya merasa bangga sebagai Ayah yang dibutuhkan.

Setiap orang punya definisi sendiri tentang arti momen berharga bersama keluarga. Bagi saya sendiri momen berharga itu takmesti dalam suasana meriah, gempita pesta, makanan mewah, atau limpahan hadiah. Cukup dengan komunikasi dua arah dengan suasana penuh cinta itu sudah cukup dalam kategori momen indah bagi saya.

Tapi jika kalian tetap memaksa saya untuk tetap menyebutkan momen indah yang rutin terjadi dalam keluarga ya, saya akan sebutkan. Ada beberapa momen yang saya sangat menikmatinya ketika itu terjadi. Bukan hanya menikmati, tapi juga bahagia dan bangga. Apa saja itu?

Saat Sarapan Pagi
Sebelum berangkat kerja, saya dan keluarga; terutama saya dan si sulung Hasya selalu sarapan bersama. Sarapan bersama dalam satu piring. Istri yang nyiapin. Setelah saya dan Hasya beres berpakaian, sarapanlah kami.

Saya yang pegang sendok. Hasya saya suapin. Sesendok Hasya, sesendok saya.
Istri dan si kecil, Danish, biasanya hanya sarapan makanan kecil. Tapi takjarang Danish juga saya suapin. Kebiasaan ini sudah lama saya lakukan.

Sarapan pagi bagi saya masuk dalam kategori momen indah karena dikala sarapan ini saya dan anak-anak bisa berkomunikasi secara lebih dekat. Saya banyak menanyakan banyak hal terutama tentang perkembangan sekolahnya, pelajaran, gurunya, temannya, dan lain sebagainya. Tentang kesiapannya menghadapi hari ini, tentang rencananya hari ini bersama teman-temannya.

Dalam sarapan pagi bersama, saya juga mengajarkan kepada anak-anak untuk bisa bersyukur dengan apa yang kita punya hari ini, termasuk makanan. Hal biasa bilamana anak-anak malas sarapan karena menunya itu-itu saja. Seringnya kami sarapan pagi dengan telor ceplok. Selain praktis, juga murah. Pasti itu membuat bosan. Saat itulah saya sebagai ayah mencoba memberi pemahaman kepada anak-anak untuk tetap bisa bersyukur dengan apa yang dimakan hari ini.

Saya katakan, betapa di luaran sana begitu banyak anak-anak seusianya yang kelaparan, belum makan, tidak memiliki ayah-ibu, sekedar untuk makan saja mereka mesti bekerja, ngamen, mengemis, dan lain-lain. Bersyukurlah, karena kita di sini masih bisa sarapan pagi dengan nikmat meski hanya dengan telor ceplok, berkumpul bersama dengan keluarga, tidak kepanasan ataupun kedinginan.


Saat Berangkat Sekolah
Momen indah selanjutnya adalah ketika perjalanan ke sekolah. Kebetulan sekolah anak saya searah dengan jalan ke kantor. Setiap pagi saya membonceng Hasya berangkat ke sekolahnya, setelah itu saya lanjutkan berangkat ke kantor. Pulangnya dia pakai mobil jemputan.

Selama perjalanan ke sekolah, berboncengan, saya banyak ngobrol dengan Hasya. Saya bertanya apakah dia senang hari ini? Apakah dia senang bersekolah di sekolahnya? Kenapa saya bertanya seperti itu? Itu saya anggap penting karena siapa tahu sebenarnya anak tuh tidak siap sekolah hari ini, atau punya masalah di sekolahnya yang dia tidak mau cerita kepada orang tuanya. Saya pernah ikut seminar parenting, bahwa menanyakan apakah anak bahagia atau tidak dalam mengawali hari itu sangat penting. Itu untuk mengetahui kondisi psikologis anak pada hari itu. Jangan sampai anak membawa beban yang tidak terpecahkan dalam beraktifitasnya. Dukungan dan pelukan hangat orang tua sangat menguatkan dia dalam menjalani harinya.

Kami hanya berharap anak-anak bisa hidup dalam jalan dan tuntunan Al Quran dan Sunnah Rasul.

Saat perjalanan berboncengan ke sekolah, saya juga banyak menanyakan progres hafalan Quran-nya. Sudah sejauh mana dia menghafal surat-surat pendek, apa yang susah, dan mencoba mengajak murrojaah, membetulkan kesalahan pengucapan tajwidnya.

Dalam perjalanan yang singkat itu pula, saya sebagai Ayah mencoba menanamkan sedikit demi sedikit prinsip dan visi hidup keluarga yang coba kita bangun. Ibarat supir, saya memiliki rute perjalanan dan tujuan yang akan kita lalui. Inilah yang disepakati saya dan istri dalam membangun keluarga, dan ini pula yang coba saya jelaskan ke Hasya dalam perjalanan singkat ini. Tentu dengan bahasa yang sederhana, yang mudah dipahami anak seusianya.

Kenapa ini penting? Saya hanya mencoba menanamkan kepada anak tujuan hidup yang kami anggap benar dan menjadi landasan keluarga. Harapannya, semoga kedepannya anak kami sudah memiliki arah dan tujuan dalam hidup, tidaklah muluk, kami hanya berharap anak-anak bisa hidup dalam jalan dan tuntunan Al Quran dan Sunnah Rasul.

Selalu ada keceriaan pada saat mengantar Hasya. Selalu ada kebanggaan yang menyertai. Mengantar anak sekolah bagi saya sejatinya adalah mengantarkan sebuah benih mimpi besar yang kelak akan mewujud sebentuk sejarah. Sejarah keluarga atau peradaban.


Saat Solat Berjamaah
Momen berharga selanjutnya adalah saat solat berjamaah. Biasanya solat magrib dan isya. Saya sebagai imam, sedangkan istri dan Hasya takketinggalan Danish sebagai makmum.
Selalu haru dan bahagia ketika sebelum takbir saya berbalik kebelakang, memeriksa shaf. Melihat anak dan istri siap menjadi makmum dalam ritual penghambaan paling agung. Solat! Selalu bergetar suara ini tatkala melafalkan ayat-ayat suci. Betapa nikmat terbesar adalah karunia keluarga yang sehat dan soleh. Setidaknya itu yang saya rasakan.

Meski tidak setiap saat si bungsu Danish bisa tertib dan ikut solat hingga selesai. Tetap saja kehadirannya dalam shaf membuat saya bangga untuk anak usia 2 tahun. Tak jarang dia malah berdiri di hadapan saya, memandang saya dan tersenyum menggemaskan, atau malah tidur telentang di tempat saya sujud. Bahkan, pernah dia joget  di hadapan saya ketika saya jadi imam pas denger musik dangdut dari tetangga sebelah.

Selepas solat berjamaah, kami tilawah bersama. Setelah selesai tilawah, istri biasanya cek tilawah dan hafalan Hasya. Sedangkan saya coba ngajarin Danish Al Quran. Saya hanya memperkenalkan Al Quran padanya. Saya tilawah dihadapan dia, murojaah di hadapan dia. Supaya dia tahu bahwa Al Quran adalah bacaan setiap saat keluarganya. Takjarang kami coba bacakan ke dia surat-surat pendek yang mudah dihapal. Semisal Al Fatihah, Al Ikhlas, An Nas, Al Falaq. Meski Danish hanya bisa mengucapkan akhirnya saja tapi itu membuat kami bangga.

Itulah momen-momen indah saya bersama keluarga. Setiap saat adalah momen berarti nan indah, tapi itulah yang mungkin bisa saya ceritakan kali ini. Terlalu panjang jika setiap saat mesti ditulis. 

Tiap orang memiliki momen-momen indah bersama keluarga dan orang-orang tersayang. Apa momen terindahmu?


Selasa, 08 Maret 2016

Misi Mengembalikan Tutur Ahmad

misi mengembalikan - http://tuturahmad.blogspot.co.id/

MENJALANI bulan kesepuluh dalam beraktifitas ngeblog (lagi). Saya mulai dihinggapi rasa bosan dalam nulis artikel atau postingan. Nah lho?

Sudah beberapa hari saya merenung, saya merasa belum jujur menjadi blogger.
Awal ngeblog tujuannya adalah latihan menulis. Apapun. Apa yang saya lihat, dengar, baca, alami, juga opini saya akan suatu hal. Sebuah blog yang menampilkan "inilah saya".

Nyatanya, seiring waktu berjalan saya mulai tidak komit dengan niat awal. Saya mulai tidak jujur dengan perasaan saya. SEO, iklan, dan popularitas di dunia maya mulai menggoda saya.

Saya kemudian lebih sering menulis tutorial adsense, tips blogging, dan masalah per SEO-an ketimbang menulis apa yang saya rasakan.

Ketika menulis tentang itu semua, kemudian mendatangkan komentar dan trafik yang banyak seketika saya merasa senang. Tapi di lubuk hati ada sesuatu yang tertinggal, sesuatu yang semestinya ditulis berdasarkan hati. Sesuatu yang timbul dari pengamatan, pengalaman, dan perenungan. *apa istilahnya ya?

Ada banyak temuan yang urung saya tulis dan jadi postingan karena kalah oleh permintaan pemirsa, kalah oleh nilai keyword di googletrends, google adwords, atau ubbersuggest.

Saya jadi blogger yang jaim. Menulis apa yang disukai orang, bukan menulis apa yang saya rasa dan suka. Saya kehilangan idealisme dalam menulis, dan saya pikir ini masalah gawat dan mesti secepatnya dibenahi.

Solusinya adalah saya akan membuat blog baru dengan niche blog, dan blogger yang ngebahas masalah blogging, per-bloggeran, SEO, dan semacamnya. Karena saya suka ngeblog, dan berbagi ilmu. Jadi segala temuan tentang blog, dan saya rasa penting untuk dibagi maka akan saya share di blog ini.

O iya, blog baru ini juga saya jadikan blog monetize. Ladang mendulang dollar. Hehehe

Misi saya adalah mengembalikan TuturAhmad ke trek awal pembuatan. Sebagai sebuah ekspresi diri dalam menulis dan berpendapat juga beropini di dunia maya. Ciee * heroik banget.

Masalah share ilmu blog mungkin akan sekali-kali dibahas, meski tidak akan mendetil. Pembahasan detilnya paling diarahkan ke blog baru itu.

Jadi buat sobat yang setia berkunjung, pasti akan sedikit heran dengan blog kece badai ini yang tibatiba jadi hening. Si Akang ini akan coba menulis dengan "benarbenar" menulis, dengan hati. Trafik, keyword, SEO, dan tektekbengek lainnya akan diabaikan.

Meski begitu tetap berkunjung ya. Insya Allah perubahan ini tidak akan mengurangi kualitas tulisan, malah ini suatu upaya dalam peningkatan tulisan saya. Tetap berkunjung, tetap jalin silaturrahim. Salam.



Kamis, 18 Februari 2016

Lawan LGBT Dengan PHN

Ini tentang LGBT. Sebuah kata akronim dari Lesbi, Gay, Biseks, dan Transgender. Sebuah kelompok yang beranggotakan orang-orang dengan kelainan orientasi seksual. Gerakannya mulai masiv, menyelusup ke tengah-tengah masyarakat, dengan berbagai cara, dengan berbagai media, dengan berbagai alasan.

Keberadaan dan pergerakannya yang mulai meresahkan mulai mendapat perlawanan dari masyarakat normal, agamawan, politikus, dan lembaga-lembaga parenting. Mereka mulai mengkampanyekan PHN; Perilaku Hidup Normal. PHN adalah lawan dari LGBT.

LGBT NAIK DAUN
Beberapa tahun kemarin pernahkah kita mendengar LGBT? Mungkin hanya segelintir orang yang mendengar dan tahu apa itu LGBT. Tapi sekarang, pasca putusan MA Amerika yang mengesahkan perkawinan sejenis, kaum LGBT di dunia, khususnya di Indonesia seakan menemukan momentum untuk lebih menampilkan diri.

Mereka mulai berkampanye mencari dukungan agar bisa diakui masyarakat dan dilegalkan pemerintah. Mereka mengklaim bahwa keberadaan mereka bukanlah penyakit, mereka hanya memiliki orientasi seks yang berbeda. Dalam sebuah acara di sebuah tv swasta pentolan LGBT menyebutkan bahwa cinta itu tak bergender. jadi tidak harus lelaki mencintai perempuan dan sebaliknya, tapi bisa juga lelaki mencintai lelaki, atau perempuan mencintai perempuan. Gelo!

Kampanye di dunia maya tentang LGBT, baik yang mendukung ataupun yang menolak praktis membuat LGBT naik daun. Yang tadinya LGBT tidak dikenal masyarakat kemudian jadi dikenal dan mengundang penasaran banyak orang, terutama remaja. Di Googletrends sendiri kata LGBT mencapai 100.000 penelusuran per hari.

Ini jelas mengkhawatirkan kita, kampanye penolakan kita teradap LGBT justru semakin melambungkan mereka, dan memasukan kosakata LGBT ke dalam kosakata masyarakat. Bagaimana tidak, saat demo, di media, di sosmed, di tv kita selalu menyebut kata LGBT. Akhirnya masyarakat yang tidak tahupun akan mencari tahu apa itu LGBT. Mending kalau mereka mencari jawaban kepada orang atau media yang tepat bagaimana kalau mereka mendapatkan jawaban dari media atau orang yang mendukung LGBT, atau parahnya bagaimana kalau mereka mendapat jawaban dari penderita LGBT sendiri.

KATA LAWAN DENGAN KATA
Ada perbincangan menarik di grup WA yang saya ikuti. Untuk menghentikan kampanye LGBT jangan lah dengan teriak atau tulisan "Stop LGBT, Tolak LGBT, LGBT Penyakit, dll". Itu semua hanya akan menambah LGBT jadi trend. Tujuan baik tidak akan berdampak baik jika tidak tepat dalam penyampaiannya. Kenapa? Berikut saya kutip dari grup WA saya.

1. Perulangan Kata di Pikiran kita
Istilah psikologinya adalah afirmasi. Semakin sering menyebut LGBT, kata itu malah semakin tertancap di pikiran pembaca/follower kita. Lama kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan. Ingat iklan di TV:  “Berapa lapis?" Maka, otomatis kita menjawab “ratusan”. Kenapa kok bisa hafal? Karena iklannya dulu diulang terus-menerus setiap hari.

2. Penolakan Yang Bersifat Sementara.
Ingat kasus: Tahun 1998, istilah KKN dipopulerkan oleh aktivis yang teriak-teriak “berantas KKN”. Tagline ini bahkan bisa menggerakan jutaan masa untuk menghentikan pemerintah yang berkuasa 32 tahun. Tapi coba lihat efeknya 18 tahun kemudian. Apakah KKN masih ada? Tentu saja! Beberapa aktivis yang dulu teriak berantas KKN, eh malah sudah ada yang dipenjara karena kasus KKN. 

3. Program Linguistik.
Ini ada hubungannya dengan ilmu linguistik yang memprogram bahasa kita.
Kalau dibilang, “Jangan bayangkan sebuah apel merah!" Maka, otomatis yg pertama kali muncul di pikiran Anda adalah sebuah apel berwarna merah. 

“Gue udah capek hidup susah..." Maka, yang terbayang adalah gambaran keadaan atau perasaan hidup susah.

“STOP LGBT!" Maka, yang terbayang adalah perilaku LGBT. 

Hasil riset Maximilian Riesenhuber, PhD (Kepala GUMC Laboratory for Computational Cognitive Neuroscience) di  Georgetown University Medical Center mengatakan bahwa neuron di otak kecil mengingat sebuah kata beserta ruang lingkupnya dalam area yang disebut “kamus visual". Semua kata yg kita cerna, akan terekam di kamus visual itu. Dan dalam kajian NLP (Neuro Linguistic Programming), telah dibuktikan bahwa kata-kata yang terlintas di pikiran atau diucapkan dalam hati, secara sadar atau tidak sadar, akan mempengaruhi tindakan kita.

Terus kita mesti gimana?

Kata lawan dengan kata. Masih dari grup WA, kata terbaik untuk melawan LGBT adalah PHN (Perilaku Hidup Normal)Lalu, kenapa harus menggunakan kata PHN?

1. Kita akan menjadi juru kampanye untuk perilaku hubungan normal
Mengapa disebut hubungan normal? Karena untuk kita yg masih percaya nenek moyang kita adalah Adam & Hawa, pasti percaya pula bahwa hubungan yg normal adalah yang terjadi pada Adam & Hawa. Bukan Adam & Jack atau Adam & Michael atau Adam & Udin .

Kalau kita percaya Adam & Hawa itu normal, harusnya kita juga berperilaku normal seperti nenek moyang. Karena  di situlah awal sifat genetik manusia berasal. Bohong kalau ada yg mengatakan, gay itu bersifat genetik. (Yg bilang begitu, bisa jadi nenek moyangnya Adam & Jack. Hehe…)

2.  Menyadarkan Orang lain Untuk Hidup Normal.
Kalau kita sebar Dukung PHN (Perilaku Hubungan Normal, artinya kita mengingatkan orang bahwa perilaku hubungan di luar Pria-Wanita adalah TIDAK NORMAL.

Bukankah tidak ada orang yang suka dibilang tidak normal? Kata-kata normal sengaja dimasukkan ke dalam singkatan ini. Karena semua orang paham apa itu arti kata normal.

3.  Menjadikan PHN Sumber Kajian Baru Masyarakat.
PHN (Perilaku Hubungan Normal) ini ketika dipopulerkan, akan menjadi kajian-kajian baru tentang mengapa harus menikah dengan berlainan jenis. Silakan berikan alasan, refresh lagi indahnya pernikahan & bahagianya berkeluarga.

Para tokoh parenting dan public figure lebih baik jangan hanya menyuarakan 'ketakutan' pada LGBT, tapi juga suarakanlah keindahan PHN (Perilaku Hubungan Normal), sehingga generasi muda termotivasi & bangga untuk selalu memiliki PHN. 

Karena itu mulai sekarang, hentikan atau minimal kurangi kampanye anti LGBT, dan gantilah dengan kampanye dukung PHN (Perilaku Hubungan Normal), sehingga orang tua punya panduan dalam mendidik anak untuk memiliki PHN (Perilaku Hubungan Normal). 

Menurut seorang psikolog LGBT itu adalah sebuah penyakit, dan laiknya penyakit maka LGBT bisa disembuhkan. Kalau ada sanak saudara, teman, sejawat yang terindikasi LGBT, bawalah ke psikolog, dan ulama. Psikolog akan mengobati sisi kejiwaannya, dan ulama akan mengobati sisi ruhaninya dan mengembalikan si penderita akan fitrah dirinya.

Ini semua pada akhirnya adalah pilihan... kita mau jadi juru kampanye yang mana? LGBT atau PHN (Perilaku Hubungan Normal)?

Minggu, 10 Januari 2016

Mengasah Kemampuan Beradaptasi Di Tahun Baru

http://tuturahmad.blogspot.co.id/

TuturAhmad - Gegap gempita, dan hiruk pikuk perayaan pergantian tahun sudah lewat beberapa hari yang lalu. Kini saatnya mewujudkan segala resolusi yang diucapkan dan dituliskan ketika perayaan tahun baru kemarin. Bukankah setiap kita selalu beresolusi menjelang pergantian tahun? Apa saja yang akan dilakukan, yang akan diubah, atau apa yang akan ditingkatkan di tahun baru?

Kalau menurut saya, yang paling penting adalah bagaimana kita mampu beradaptasi di tahun baru dengan segala perubahan yang terjadi, dan begitu cepat di tahun baru ini. Percuma kita akan melakukan ini itu, akan mengubah ini itu, akan meningkatkan ini itu, tapi kemampuan adaptasi terhadap perubahan sekeliling begitu minim.

Disadari atau tidak kita hidup di dunia yang sedang bergerak dengan begitu cepat. Teknologi adalah mesin pendorong kehidupan yang memaksa segala hal diseret dengan cepat pula. Akibatnya kita dipaksa untuk mampu mengimbanginya dengan kemampuan beradapatasi.

Adaptasi adalah kemampuan berubah (atau diubah) untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang telah berubah. Sebenarnya setiap kita memiliki kemampuan adaptasi alami atau bawaan. Kemampuan adaptasi alami inilah yang membuat kita mampu hidup di dunia. Bukankah sepanjang hidup kita selalu beradaptasi? Di sekolah, di tempat kerja, di tempat tinggal. Kemampuan beradaptasi inilah yang mesti kita asah terus demi kelangsungan hidup.

Setiap orang berbeda-beda kemampuan beradaptasinya. Ada yang responsive terhadap perubahan, ada yang lamban, bahkan ada yang cenderung menolak dengan perubahan itu. Meskipun menolak perubahan adalah hal yang alami, kapasitas kita dalam beradaptasi mungkin saja jauh lebih besar dari yang kita kira.

Kemampuan beradaptasi lebih dari sekedar menjadi fleksibel. Ini lebih mengenai bagaimana caranya mengembangkan apa yang memang benar-benar mampu kita lakukan dan meningkatkan potensi diri kita. Karena kemampuan ini memang sudah tertanam dari sananya dalam diri kita.

Bagi sebagian orang perubahan adalah hal yang sulit, karena dia ingin terus dalam zona nyamannya, dan menolak apapun yang membuat dia harus keluar dari zona nyaman tersebut. Cara merubahnya adalah dengan banyak melibatkan diri dalam banyak kegiatan, cara, tugas, pikiran, dan pengalaman yang berada diluar kebiasaan zona nyaman kita.

Jadi hal-hal apa saja yang membuat seseorang mampu dengan mudah beradaptasi? Dalam bukunya The Advantage, Emma Sue-Prince, menyebutkan setidaknya ada 4 hal;

Fleksibilitas Intelektual. Hal ini berarti membiarkan pikiran kita tetap terbuka, mampu mengintegrasikan informasi terbaru dengan lancar dan dapat beralih dengan mudah dari hal-hal detil ke gambaran besar (jangka panjang)

Bersikap Menerima. Terutama terhadap perubahan. Mampu merespon perubahan secara positif dan bersedia mencoba cara-cara baru dalam melakukan atau melihat sesuatu. Tidak lupa, mengesampingkan perlawanan yang mungkin terjadi sebagai sesuatu hal yang menjadi respon alami kita.

Kreativitas. Secara aktif mencari hal-hal baru dan tidak takut untuk bereksperimen ataupun berimprovisasi.

Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi yang dimaksud adalah yang dapat disesuaikan agar cocok dengan konteks atau situasi yang berbeda. Artinya gaya komunikasi kita harus bisa menjembatani antara kita dengan keadaan yang akan kita masuki.

Dari hal-hal di atas, semuanya bisa dipelajari. Karena adaptasi, sekali lagi adalah fitur bawaan kita selama ribuan atau jutaan tahun.


"Bukan spesies terkuat, maupun yang paling cerdas yang mampu bertahan. Namun spesies yang paling mudah beradaptasi terhadap perubahan" - Charles Darwin.

Selasa, 10 November 2015

Hujan Awal Musim

Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula 
ia di udara tinggi, ringan, dan bebas; lalu
mengkristal dalam dingin; kemudian melayang
jatuh ketika tercium bau bumi; dan menimpa
pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun,
melenting di atas genting, tumpah di pekarangan
rumah dan kembali ke bumi

Puisi di atas adalah sepenggal karya dari Sapardi Djoko Damono berjudul Sihir Hujan. Seorang penyair terkenal dengan karya puisinya yang sederhana namun sarat makna. Tentang hujan.

Minggu, 28 Juni 2015

Ngabuburit di Kandang Sapi

Menikmati sore hari menunggu bedug Magrib dengan berjalan-jalan ke kandang sapi perah memang sangat mengasyikan. Ngabuburit saya hari ini tidak jauh-jauh dari rumah, cukup jalan beberapa meter ke belakang rumah. Di sana terdapat kandang sapi perah milik kakak ipar saya. Sebagaimana kandang sapi milik penduduk yang lain, lokasi kandang sapi tidak begitu jauh dari rumah.

Daerah Lembang, sebagaimana daerah pegunungan yang berudara dingin, selain penduduknya berprofesi sebagai petani sayur tapi juga berternak sapi perah. Hampir tiap keluarga memiliki sapi perah, minimal satu ekor sapi.


Harga sapi perah yang sudah balig berkisar 4 -  7 juta rupiah, sedangkan yang bunting bisa mencapai belasan juta rupiah. Tapi penduduk di sini kebanyakan memiliki sapi perah bukan karena membeli bibit, tapi karena upah mengurus sapi bibit. Maksudnya begini, misalnya saya membeli sapi yang sudah balig terus sapi tersebut dipelihara oleh tetangga saya. Jika kemudian sapi tersebut beranak maka anak sapi tersebut kepemilikannya dibagi dua, separuh milik saya, separuh lagi milik tetangga saya yang mengurus sapi itu. Kalau anak sapinya dua maka masing-masing dapat satu ekor, tapi kalau anak sapinya cuma satu maka kepemilikannya separuh-separuh. Bagitu seterusnya, hingga anak sapi pertama beranak lagi, dan beranak lagi. Dari sistem bagi paruh itu, yang tadinya tidak punya sapi jadi punya sapi. Yang tadinya buruh ngurus sapi jadi pemilik sapi.


Seorang peternak usai mencari rumput (Foto:Ahmad)

Berternak sapi perah gampang-gampang susah. Butuh ketelatenan juga keuletan. Para peternak sapi perah pada umumnya sangat sulit bepergian jauh. Mereka sangat terikat dengan sapi perahnya itu. bagaimana tidak, sapi perah memiliki jadwal makan dan perawatan seperti manusia, tiga kali sehari mesti dikasih makan, kandangnya mesti dibersihkan minimal dua kali sehari, diperah susunya dua kali sehari, belum lagi kalau pakannya sudah habis maka si peternak mesti mencari rumputnya.


Jejeran kandang sapi warga (Foto:Ahmad)

Apalagi kalau sapinya sedang menyusui, yang artinya sapi perahan, maka perawatannya mesti ekstra. Tiga kali sehari tuh sapi mesti diloloh. Diloloh adalah bahasa peternak sapi, artinya memberi makanan tambahan buat sapi yang sedang menyusui. Adapun lolohan itu terdiri dari ampas tahu (ongok) yang dicapur dengan mako (bekatul). Dua bahan itu dicampur dengan air kedalam ember atau baskom kemudian diberikan ke sapi perahan. Lolohan sangat membantu sapi dalam meningkatkan produksi susunya.

Sore ini, saya berkunjung ke kandang Pak Oha, kakak ipar saya. Pak Oha memiliki empat ekor sapi perah. Yang sedang produksi susu dua ekor, yang sedang hamil satu ekor, dan yang anakan satu ekor.

Ketika saya datang, Pak Oha sedang memerah susu kedua sapi perahnya. Kandangnya cukup resik dan luas.Di kalangan peternak sapi Pak Oha terkenal sebagai peternak yang rajin dan telaten.  Luas kandang sekitar 7 x 5 meter, dengan dua kamar yang masing-masing kamar berisi dua ekor sapi. Di depan kandang sapi sengaja ditanami Tiwun, sejenis rumput gajah.


 
Pak Oha sedang memerah susu sapi (Foto: Ahmad)

Dalam sehari Pak Oha memerah sapi dua kali, pagi dan sore. Pagi hari sekitar jam 5 pagi beliau sudah ke kandang. Membersihkan kandang dari kotoran sapi. Kotoran sapi tidak dibuang sembarangan, tapi ditampung dipenampungan khusus, ketika sudah kering bisa dijadikan pupuk. Setelah membersihkan kandang Pak Oha memandikan sapi, pertama dengan air dingin, kemudian dengan air hangat. Tujuannya adalah supaya sapi menjadi bersih ketika diperah, jadi tidak ada kotoran yang jatuh ke dalam susu perahan.

Tanaman Tiwun (Foto: Ahmad)

Ketika memerah susupun ternyata tidak sembarangan lho! Ada cara-cara khusus agar si sapi tidak merasa sakit dan memberontak. Bagi yang tidak terbiasa maka memerah sapi akan begitu sulit, memerlukan tenaga yang besar, yang akibatnya si sapi tidak nyaman dan berontak. Saya pernah mencobanya, ternyata susah sekali. Jari-jari tangan saya tidak terbiasa menarik puting-puting susu sapi.

Dalam sekali perah Pak Oha mendapatkan 8 - 15 Liter. Hasil perahan di waktu pagi biasanya lebih banyak bila dibandingkan perahan di waktu sore. Mungkin karena kalau malam si sapi beristirahat jadi produksi susunya banyak.

Susu hasil perahan kemudian dimasukan ke Bees, yaitu semacam tempat susu yang terbuat dari aluminium. Bees yang sudah terisi susu kemudian dibawa ke koperasi penampungan susu untuk dileter. Para petani yang menyetorkan susunya adalah anggota koperasi penampungan susu tersebut. Ketika mereka menyetor susu ke koperasi, maka ada petugas yang mencatat perolehan susu tiap peternak saat itu. Para peternak sapi itu akan dibayar dua minggu sekali sesuai perolehan susu selama dua minggu.



Setelah dileter susu kemudian dimasukan ke mobil tanki (Foto: Ahmad)

Susu hasil perahan peternak itu kemudian diangkut dengan mobil tanki khusus susu dan dibawa ke koperasi pusat yang ada di pasar. Mungkin selanjutnya dibawa ke pabrik-pabrik pengolah susu, yang kemudian jadi susu-susu kemasan yang biasa kita beli di warung atau toko-toko.

Kalau melihat sekilas mungkin kita akan sedikit under estimate dengan para peternak sapi perah itu. Penampilannya yang kucel ketika di kandang (ya iyyaalah, masa di kandang dasian), berkubang kotoran sapi, bau, dll. Tapi ternyata pengasilan mereka dalam sebulan lumayan lho! Rata-rata penghasilan mereka dari hasil perahan susu sapi bisa sampai 5 juta per bulan. Belum lagi aset dari sapi perah tersebut. Wuih. Makanya kalau ada keluarga yang punya sapi perah banyak dijamin dia jadi orang terpandang di daerahnya.

Alhamdulillah, keluarga istri saya semuanya memiliki sapi perahan. Ada yang dua ekor, ada juga yang enam ekor. Dari hasil perahan susu tersebut mereka bisa membangun rumah, membeli motor, menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan anak Pak Oha yang sulung  telah lulus sekolah pertanian dan sekarang sedang bekerja di Jepang. Alhamdulillah

Dari jalan-jalan ngabuburit ke kandang sapi, setidaknya saya belajar tentang ke gigihan, kesabaran dan keistiqomahan dalam berjuang untuk hidup. Kegigihan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam ikhtiar menjemput rezeki-Nya.


Langit memerah didiringi bedug dan adzan magrib. Selamat berbuka semua!

WAJIB TAHU! INILAH CARA MENGETAHUI MADU YANG ASLI

Cara membedakan madu yang asli Meski madu bisa dibeli di banyak tempat, nyatanya tidak semua madu yang ditawarkan adalah madu asli. Banyak o...