Minggu, 24 Juli 2016

Kalahkan Pokemon Go Dengan Permainan Tradisional

Kalahkan Pokemon Go Dengan Permainan TradisionalIni berkaitan dengan tulisan saya sebelumnya, tentang permainan Pokemon Go. Tidak memperbincangkan segala kontroversinya, tapi saya menyoroti teknologinya secara umum. Ya, betapa teknologi telah meracuni mereka. Teknologi telah merenggut anak-anak dari budaya mereka, termasuk permainan.

Coba saja tanya mereka, apakah mereka tahu permainan gasing, petak umpet, congklak, gobak sodor, lompat tali, bebentengan, adu kelereng, egrang, atau bekel? Pasti mereka tidak tahu. Anak-anak sekarang lebih familiar dengan permainan yang terinstal di smartphone mereka semacam Plant vs Zombie, Clash Royale, Alto's Adventure, Angry Birds, Clash of Clan, Getrich, Rayman Adventures, dan yang terakhir dan booming; Pokemon Go.

Permainan  tradisional adalah permainan anak-anak zaman dulu yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Kebanyakan permainan tradisional dilakukan dengan cara berkelompok. Ini dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat zaman dulu yang banyak mengarahkan dan menuntun anak-anak pada kegiatan sosial dan kebersamaan yang tinggi.


Permainan tradisional merupakan kekayaan budaya lokal yang seharusnya dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani  dan karakter anak, tapi justru tergeser dengan munculnya berbagai permainan yang dapat diunduh secara online di komputer atau gadget.

Orang-orang zaman dulu tidak sembarangan dalam menciptakan aneka permainan bagi anak-anak mereka. Permainan yang tercipta tentunya sarat makna dan nilai-nilai budaya  yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.


Sedangkan aneka permainan yang berbasis teknologi dan sekarang marak diunduh via smartphone adalah permainan yang tidak berdasarkan budaya. Kalau pun ada yang berbasis budaya, maka budayanya sangat tidak sesuai dengan budaya dan karakter kita.

Minim Narasumber
Meski begitu kita tidak seharusnya menyalahkan anak-anak kita atas ketidaktahuan mereka dengan aneka permainan tradisonal itu. Ada faktor yang menyebabkan kenapa permainan tradisional tidak populer di dunia anak-anak sekarang. 

Menurut Zainal Alif dari Komunitas Hong, tidak adanya nara sumber (orang tua atau dewasa) yang mengajari mereka permainan tradisional dan keterbatasan bahan-bahan yang digunakan adalah faktor penyebabnya.

Para orang tua zaman sekarang kebanyakan adalah para pekerja yang banyak kesibukan. Pemberian smartphone atau gadget dianggap lumrah sebagai konpensasi mereka akan ketiadaan waktu bersama anak-anak. Ini pula faktor yang menyebabkan anak-anak lebih akrab dengan permainan modern daripada permainan tradisional.

Nilai Positif Permainan Tradisional
Banyak nilai-nilai positif yang bisa didapatkan dari permainan tradisional yang bisa menjadi dasar pembentukan karakter anak. 
  1. Anak mudah beradaptasi, imajinatif dan kreatif
  2. Melatih ketrampilan sosialisasi dan negosiasi 
  3. Mensimulasikan peran sosial dalam masyarakat
  4. Membiasakan aktivitas fisik
  5. Belajar menerima kekalahan dengan lapang dada

Nah, menimbang begitu besarnya manfaat permainan tradisional buat anak mungkin kini saatnya para orang tua untuk mulai mengajarkannya kepada anak-anak Anda. Ya, sekaligus bernostalia, mengingat masa-masa kecil dulu. Menyenangkan bukan?

Dengan menceritakan dan mengajarkan aneka permainan tradisional pada anak-anak maka kita telah melakukan tiga hal sekaligus. Pertama, melestarikan budaya bangsa. Kedua, membentuk jiwa,  dan karakter anak dengan "ruh" bangsa sendiri, dan Ketiga mempererat hubungan anak dn orangtua yang terenggut dengan smartphone dan gadget.

Siapa tahu dengan permainan tradisional ini Pokemon Go dapat terkalahkan!

Apa saja permainan tradisional yang Anda tahu? Berbagi yuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

WAJIB TAHU! INILAH CARA MENGETAHUI MADU YANG ASLI

Cara membedakan madu yang asli Meski madu bisa dibeli di banyak tempat, nyatanya tidak semua madu yang ditawarkan adalah madu asli. Banyak o...