Minggu, 28 Juni 2015

Ngabuburit di Kandang Sapi

Menikmati sore hari menunggu bedug Magrib dengan berjalan-jalan ke kandang sapi perah memang sangat mengasyikan. Ngabuburit saya hari ini tidak jauh-jauh dari rumah, cukup jalan beberapa meter ke belakang rumah. Di sana terdapat kandang sapi perah milik kakak ipar saya. Sebagaimana kandang sapi milik penduduk yang lain, lokasi kandang sapi tidak begitu jauh dari rumah.

Daerah Lembang, sebagaimana daerah pegunungan yang berudara dingin, selain penduduknya berprofesi sebagai petani sayur tapi juga berternak sapi perah. Hampir tiap keluarga memiliki sapi perah, minimal satu ekor sapi.


Harga sapi perah yang sudah balig berkisar 4 -  7 juta rupiah, sedangkan yang bunting bisa mencapai belasan juta rupiah. Tapi penduduk di sini kebanyakan memiliki sapi perah bukan karena membeli bibit, tapi karena upah mengurus sapi bibit. Maksudnya begini, misalnya saya membeli sapi yang sudah balig terus sapi tersebut dipelihara oleh tetangga saya. Jika kemudian sapi tersebut beranak maka anak sapi tersebut kepemilikannya dibagi dua, separuh milik saya, separuh lagi milik tetangga saya yang mengurus sapi itu. Kalau anak sapinya dua maka masing-masing dapat satu ekor, tapi kalau anak sapinya cuma satu maka kepemilikannya separuh-separuh. Bagitu seterusnya, hingga anak sapi pertama beranak lagi, dan beranak lagi. Dari sistem bagi paruh itu, yang tadinya tidak punya sapi jadi punya sapi. Yang tadinya buruh ngurus sapi jadi pemilik sapi.


Seorang peternak usai mencari rumput (Foto:Ahmad)

Berternak sapi perah gampang-gampang susah. Butuh ketelatenan juga keuletan. Para peternak sapi perah pada umumnya sangat sulit bepergian jauh. Mereka sangat terikat dengan sapi perahnya itu. bagaimana tidak, sapi perah memiliki jadwal makan dan perawatan seperti manusia, tiga kali sehari mesti dikasih makan, kandangnya mesti dibersihkan minimal dua kali sehari, diperah susunya dua kali sehari, belum lagi kalau pakannya sudah habis maka si peternak mesti mencari rumputnya.


Jejeran kandang sapi warga (Foto:Ahmad)

Apalagi kalau sapinya sedang menyusui, yang artinya sapi perahan, maka perawatannya mesti ekstra. Tiga kali sehari tuh sapi mesti diloloh. Diloloh adalah bahasa peternak sapi, artinya memberi makanan tambahan buat sapi yang sedang menyusui. Adapun lolohan itu terdiri dari ampas tahu (ongok) yang dicapur dengan mako (bekatul). Dua bahan itu dicampur dengan air kedalam ember atau baskom kemudian diberikan ke sapi perahan. Lolohan sangat membantu sapi dalam meningkatkan produksi susunya.

Sore ini, saya berkunjung ke kandang Pak Oha, kakak ipar saya. Pak Oha memiliki empat ekor sapi perah. Yang sedang produksi susu dua ekor, yang sedang hamil satu ekor, dan yang anakan satu ekor.

Ketika saya datang, Pak Oha sedang memerah susu kedua sapi perahnya. Kandangnya cukup resik dan luas.Di kalangan peternak sapi Pak Oha terkenal sebagai peternak yang rajin dan telaten.  Luas kandang sekitar 7 x 5 meter, dengan dua kamar yang masing-masing kamar berisi dua ekor sapi. Di depan kandang sapi sengaja ditanami Tiwun, sejenis rumput gajah.


 
Pak Oha sedang memerah susu sapi (Foto: Ahmad)

Dalam sehari Pak Oha memerah sapi dua kali, pagi dan sore. Pagi hari sekitar jam 5 pagi beliau sudah ke kandang. Membersihkan kandang dari kotoran sapi. Kotoran sapi tidak dibuang sembarangan, tapi ditampung dipenampungan khusus, ketika sudah kering bisa dijadikan pupuk. Setelah membersihkan kandang Pak Oha memandikan sapi, pertama dengan air dingin, kemudian dengan air hangat. Tujuannya adalah supaya sapi menjadi bersih ketika diperah, jadi tidak ada kotoran yang jatuh ke dalam susu perahan.

Tanaman Tiwun (Foto: Ahmad)

Ketika memerah susupun ternyata tidak sembarangan lho! Ada cara-cara khusus agar si sapi tidak merasa sakit dan memberontak. Bagi yang tidak terbiasa maka memerah sapi akan begitu sulit, memerlukan tenaga yang besar, yang akibatnya si sapi tidak nyaman dan berontak. Saya pernah mencobanya, ternyata susah sekali. Jari-jari tangan saya tidak terbiasa menarik puting-puting susu sapi.

Dalam sekali perah Pak Oha mendapatkan 8 - 15 Liter. Hasil perahan di waktu pagi biasanya lebih banyak bila dibandingkan perahan di waktu sore. Mungkin karena kalau malam si sapi beristirahat jadi produksi susunya banyak.

Susu hasil perahan kemudian dimasukan ke Bees, yaitu semacam tempat susu yang terbuat dari aluminium. Bees yang sudah terisi susu kemudian dibawa ke koperasi penampungan susu untuk dileter. Para petani yang menyetorkan susunya adalah anggota koperasi penampungan susu tersebut. Ketika mereka menyetor susu ke koperasi, maka ada petugas yang mencatat perolehan susu tiap peternak saat itu. Para peternak sapi itu akan dibayar dua minggu sekali sesuai perolehan susu selama dua minggu.



Setelah dileter susu kemudian dimasukan ke mobil tanki (Foto: Ahmad)

Susu hasil perahan peternak itu kemudian diangkut dengan mobil tanki khusus susu dan dibawa ke koperasi pusat yang ada di pasar. Mungkin selanjutnya dibawa ke pabrik-pabrik pengolah susu, yang kemudian jadi susu-susu kemasan yang biasa kita beli di warung atau toko-toko.

Kalau melihat sekilas mungkin kita akan sedikit under estimate dengan para peternak sapi perah itu. Penampilannya yang kucel ketika di kandang (ya iyyaalah, masa di kandang dasian), berkubang kotoran sapi, bau, dll. Tapi ternyata pengasilan mereka dalam sebulan lumayan lho! Rata-rata penghasilan mereka dari hasil perahan susu sapi bisa sampai 5 juta per bulan. Belum lagi aset dari sapi perah tersebut. Wuih. Makanya kalau ada keluarga yang punya sapi perah banyak dijamin dia jadi orang terpandang di daerahnya.

Alhamdulillah, keluarga istri saya semuanya memiliki sapi perahan. Ada yang dua ekor, ada juga yang enam ekor. Dari hasil perahan susu tersebut mereka bisa membangun rumah, membeli motor, menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan anak Pak Oha yang sulung  telah lulus sekolah pertanian dan sekarang sedang bekerja di Jepang. Alhamdulillah

Dari jalan-jalan ngabuburit ke kandang sapi, setidaknya saya belajar tentang ke gigihan, kesabaran dan keistiqomahan dalam berjuang untuk hidup. Kegigihan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam ikhtiar menjemput rezeki-Nya.


Langit memerah didiringi bedug dan adzan magrib. Selamat berbuka semua!

Kamis, 25 Juni 2015

Sahur; Hidangan Penuh Berkah


Anak pertama saya Hasya, alhamdulillah Ramadhan tahun ini cukup "serius" menjalankan puasanya. Saya katakan serius karena puasanya sempurna dari imsak hingga bedug magrib. Tidak seperti taun-tahun sebelumnya; pagi puasa, siangnya buka, setelah itu kembali puasa, nanti waktunya ashar buka lagi, terus puasa lagi hingga magrib tiba.


Tapi saya maklumi itu, Hasya masih kecil. Sekarang usianya mau 7 tahun. Sudah mau masuk SD. Di delapan hari Ramadhan ini Hasya baru sehari batal, itu di hari kedua. Mungkin karena belum terbiasa. Hari-hari selanjutnya Alhamdulillah lancar. Dia main seperti biasa tanpa merengek-rengek lagi minta makanan.

Dari sekian aktifitas selama Ramadhan, waktu sahurlah yang kelihatan begitu susah Hasya lakukan. Sebagai orang tua, kami rada kesulitan ketika membangunkan dia untuk makan sahur. Mungkin (dan emang pasti) masih ngantuk dan udara dingin (maklum Lembang bro). Dibutuhkan waktu setengah jam untuk bisa membangunkan Hasya.

Masalah susah melaksanakan sahur sebenarnya bukan cuman masalah anak-anak belaka. Orang dewasapun tak jarang begitu malas untuk bersantap sahur. Saya pun demikian. Diperlukan niat ekstra kuat dan ilmu untuk bisa dengan ringan bangun untuk bersantap sahur. Syukur-syukur kalau kita bangunnya beberapa jam ke santap sahur, jadi kita bisa Qiamulail dulu, tilawah dulu.

Pentingnya makan sahur bukan hanya terletak di makan dan minumnya saja yang akan menguatkan puasa di siangnya, tapi juga keberkahan dan keutamaan yang terkandung di dalamnya.

Dikutip dari berbagai sumber, saya coba tuliskan tentang pengertian sahur dan keutamaannya buat kita semua, semoga bermanfaat.

Sahur berasal dari kata sahar, yang artinya akhir malam, atau waktu menjelang subuh. Lawan katanya ialah ashil, akhir siang. Adapun secara istilah Sahur adalah segala sesuatu yang dikonsumsi pada waktu sahur, baik itu berupa makanan, susu, tepung (dan sebagainya).

Pada awalnya, perintah puasa adalah sama dengan apa yang ditetapkan bagi Ahlul kitab, yaitu tidak makan, minum, dan berhubungan badan setelah tidur (diwaktu malam). Artinya jika salah seorang diantara mereka tidur, maka dia tidak makan, minum dan berhubungan badan  sampai malam berikutnya. Dan setelah di nasakh, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam memerintahkan untuk sahur sebagai upaya untuk membedakan antara puasa kita dengan puasa Ahlul Kitab.


Dari Amr' bin al 'Ash Radhiallahu'anhu, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Perbedaan antara puasa kita dengan puasa Ahlul kitab terletak pada makan sahur." 


Banyaklah hadits nabawi yang menyebutkan kalau Nabi saw. sangat menganjurkan umatnya untuk makan sahur ketika mengerjakan puasa, diantaranya adalah :

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang mau berpuasa hendaklah sahur dengan sesuatu.” (HR. Ibn Abi Syaibah, Abu Ya’la dan  al-Bazzar)

Dalam riwayat lain, beliau juga bersabda, “Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah.” (HR. Bukhâri dan Muslim)

Beliau juga bersabda, “Sahurlah kalian walaupun dengan seteguk air.”(HR. Abu Ya’la)

Keberadaan sahur sebagai barakah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti sunnah, menguatkan dalam puasa, menambah semangat untuk menambah puasa karena merasa ringan orang yang puasa.

Makanan Sahur, makanan yang diberkahi (ilustrasi)

Dengan makan sahur juga berarti kita telah menyelisihi Ahlul Kitab, karena mereka tidak melakukan makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah saw. menamakannya dengan makan pagi yang diberkahi sebagaimana dalam dua hadits al-Irbath bin Syariyah dan Abu Darda ra: “Marilah menuju makan pagi yang diberkahi, yakni sahur.”



Waktu sahur adalah saat-saat yang berkah karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang sahur. Mungkin barakah sahur yang tersebar adalah karena Allah akan meliputi orang-orang yang sahur dengan ampunan-Nya, memenuhi mereka dengan rahmat-Nya, malaikat Allah memintakan ampunan bagi mereka.


Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar. Nabi saw. dan Zaid bin Tsabit ra. melakukan sahur, ketika selesai makan sahur Nabi saw. bangkit untuk sholat subuh, dan jarak (selang waktu) antara sahur dan masuknya sholat kira-kira lamanya seseorang membaca lima puluh ayat di Kitabullah.

Naahh, setelah tahu keutamaan dan keberkahan sahur masihkah kita bermalas-malasan? Seorang muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan pahala yang besar ini. Bersantap sahur sejatinya menyantap hidangan keberkahan dari Allah SWT.


Rabu, 24 Juni 2015

"Menggoda" Tuhan di Ramadhan

"Menggoda" Tuhan di Ramadhan. Entah kenapa kalimat itu tiba-tiba muncul di pikiran saya, saat bermotor ria pulang dari kantor sore tadi. Mungkin itu kalimat dari pemahaman "nakal" saya tentang konsep Taqarrub ilallah. Dengan menggunakan bahasa yang nakal saya cuma ingin menyampaikan bahwa setiap kita bisa dekat dan "bermesraan" dengan Tuhan, Allah Swt.

Jika dengan seseorang yang kita sukai, kita bisa mati-matian berusaha mendapat perhatiannya. Kenapa dengan Allah kita tidak mati-matian berusaha mendapatkan perhatiannya? Meskipun sesungguhnya Allah Maha Perhatian kepada kita. Jika dengan seseorang yang disukai kita begitu besar harap mendapat kebahagiaan, kenapa kepada Allah kita tidak berharap bahagia? Sejatinya Allah sumber kebahagiaan kita dalam hidup.

Ketika kita mengharapkan perhatian dari makhluk, maka siap-siaplah kecewa. Karena yang namanya makhluk pasti terkena yang namanya lupa. Makhluk yang kita harapkan perhatiannya belum tentu setiap saat bisa memperhatikan kita. Mungkin dia lupa nama kita, mungkin dia lupa tempat tinggal kita, dia lupa nanyain kabar kita, dia lupa tanggal lahir kita jadi ga sempat ngucapin selamat ulang tahun, dan lupa-lupa yang lain sebentuk keterbatasan makhluk.

Jika kita mengharapkan bahagia akan diberikan makhluk, maka siap-siaplah kecewa. Karena makhluk yang kita harapkan bisa memberikan kebahagiaan ternyata juga memiliki kelemahan. Boleh jadi dia yang kita harapkan memberikan kebahagiaan ternyata malah memberikan kita kekecewaan dan sakit hati.

Kebayangkan, ketika kita berharap mendapat perhatian, ketika kita berharap kebahagiaan dari dia, ternyata hanya kekecewaan yang di dapat. Kalau kata si Ceuceu Cita Citata-mah " sakitnya tuh di sini", cieee :D

Jika saja kita mau jujur, ternyata kita jarang banget mencuri perhatian Allah Swt. Kalau benar kita cinta kepada-Nya, seharusnya memang kita sering mencuri perhatian-Nya agar Dia suka kepada kita. Sebagaimana kerasnya kita mencoba mendapat perhatian makhluk seharusnya kita lebih keras lagi dalam mendapat perhatian Allah Swt.

Mumpung sekarang Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Bulan dimana yang sunnah diganjar setara yang wajib, yang wajib berlipat ganda pahalanya. Inilah saatnya kita mencari perhatian Allah, inilah saatnya " menggoda" Tuhan kita dengan amal-amalan yang Dia cintai.

Majelis Ilmu

Memang sih, Allah Mahatahu apa yang kita lakuin, nggak perlu mencuri perhatian-Nya pun Allah tahu apa maksud kita. Apa yang saya tulis di atas sekadar ungkapan saja kalau kita pun bisa membuat Allah bahagia dengan apa yang kita perbuat. Aktivitas mulia penuh pahala dan taat syariat-Nya, sudah cukup menarik perhatian Allah kepada kita untuk lebih sayang dan cinta kepada kita.

Cuman, daripada kita ngabisin waktu, buang-buang energi, dan mengharapkan sesuatu dari makhluk yang belum tentu terwujud, ya mending mengejar sesuatu yang pasti. Apalagi Allah fasilitasi kita dengan Ramadhan yang mulia ini.

Ramadhan baru seminggu, masih ada tiga minggu lagi. Masih ada waktu. Yuk, kita sama-sama mencari dan mencuri perhatian Allah. Yuk, kita sama-sama "menggoda" Tuhan kita dengan ibadah-ibadah yang dicintainya.



Tilawah

Ketika kita mencari perhatiannya dengan sungguh-sungguh, ketika kita "menggoda"-Nya dengan penuh cinta, maka Dia akan mencintai dengan cinta yang lebih besar dari cinta kita kepada-Nya. Cinta yang tak pernah mengecewakan.

Lupakan yang melupakan. Tinggalkan yang meninggalkan. Abaikan yang melalaikan!

Siapkah kita jadi "penggoda" Tuhan di Ramadhan?

Minggu, 21 Juni 2015

Milad, Sufi Koplak dan Aktor Tak Tercerahkan

“... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu...” (al-Mâidah. 5:3)


Alhamdulillah, hari ini tepatnya tanggal 21 Juni 2015, saya milad yang kesekian :) Dari sekian banyaknya nikmat yang disyukuri saya adalah nikmatnya ber- ISLAM. Nikmat yang tiada taranya.

Sungguh, Allah telah memilihkan bagi saya agama yang kokoh dan sempurna dalam segala urusan, diantaranya; masalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlaq, politik dan sebagainya. Jadi, nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?

Kemarin, saya baca status seseorang di medsos yang mengatakan bagi dia agama adalah ibarat pakaian. Laiknya pakaian apabila sudah bosan atau usang maka bolehlah berganti pakaian. Malah parahnya lagi, kalau memang tidak berpakaian akan lebih baik maka tidak usahlah berpakaian. Dengan telanjang kita akan menemukan kesejatian, itu kata dia. Iya gitu? Sepertinya dia sudah jadi sufi :D

Saya bukan orang soleh atau pinter. Tapi ketika agama dianggap pakaian yang dengan mudah dan ringan bisa dibuka, diganti, atau malah dilepas permanen, kok malah bingung ya. Saya yang oon atau dia yang sok pinter padahal sebenarnya koplak?

Bagi saya pribadi agama bukan saja sebagai identitas tapi juga tujuan dalam beraktifitas (ibadah). Agama adalah sistem nilai yang membuat norma-norma, dimana norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianut.

Dengan beragama memberikan saya kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses dan rasa puas. Sudah fitrah manusia membutuhkan agama, sudah dari sononya kita diciptakan dengan kecenderungan beragama. Agama memiliki fungsi yang vital, yakni sebagai salah satu sumber hukum atau dijadikan sebagai norma. Dengan beragama kita jadi punya acuan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.



Tinggal masalahnya adalah benarkah agama yang saya anut? Saya tidak sedang membicarakan perbandingan agama di sini. Saya hanya akan membicarakan agama yang saya anut dan yakini, serta syukuri. Islam.

Sebagaimana kalimat di awal betapa nikmat yang paling saya syukuri di hari milad kali ini adalah nikmatnya ber-Islam. Sebuah agama yang sempurna, komplit dan tanpa cela. Sehingga tidak perlulah saya berganti "pakaian" ini dengan "pakaian" lain. Atau malah melepasnya permanen, sepertu status sufi koplak di atas. Atau seperti aktor (yang katanya) kawakan yang memutuskan murtad karena sudah "bosan" dengan agama ini. Kasihan aktor itu, di film jadi " Sang Pencerah", tapi hidupnya tidak tercerahkan.

Tapi kita hargai itu. Itu pilihan hidupnya. Sebab sudah jelas yang benar itu benar, yang buruk itu buruk. Jangan pernah terpengaruh dengan propaganda kaum SEPILIS yang mengatakan semua agama benar! Pemikiran yang koplak!

"Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi." (Ali ‘Imrân. 3:85)


Cukuplah kiranya ayat surat Ali Imran ayat 7 ini jadi doa dalam milad saya kali ini, semoga jadi doa kita semua.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّا

Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Min-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)

Aamiin.





Sabtu, 20 Juni 2015

Shooting SYAAMIL NOTE, Berbagi Peran dalam Kehidupan

Beberapa hari lalu saya mencicipi pengalaman jadi artis. Ya, saya melakukan shooting untuk iklan SYAAMIL NOTE, yaitu salah satu produk terbaru dari SYAAMIL QURAN.

Shooting di lakukan di beberapa tempat sesuai tema scene yang dibuat. Ada yang di ruangan kantor, rumah dan pasar. Saya sendiri kebagian shooting dengan lokasi di rumah. Lokasinya di perumahan Kembar Timur kalau tidak salah. Rumahnya enakeun, luas, dengan komposisi ruangan yang nyaman. Diantara ruang keluarga dan dapur ada ruang terbuka, di tengahnya ada meja kayu. Di situlah kita break sambil makan dimsum.


Meja kayu tempat istirahat

Ruang keluarga tempat shooting

Saya berperan menjadi seorang ayah yang memiliki dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Dimas dan Kayla. Dua anak saya itu ceritanya sangat menyukai bermain games, baik di komputer maupun di gadget. Kalau sudah bermain games mereka sampai lupa waktu, dan susah diajak belajar. Saya sudah coba tawarkan buku-buku cerita islami untuk dibacakan ke mereka tapi mereka menolaknya.


Adegan dalam shooting

"Kakak, ade sudah dong main gamesnya. Nih, Ayah punya buku cerita islami bagus lho. Ayah ceritain ya, mau gak?"  Itu dialog (tepatnya monolog, sebab kedua anak tidak menjawab ) Itu scene pertama.

Di scene kedua, saya dan dua anak saya bermain games A Ba Ta yang ada di SYAAMIL NOTE. Tampak kedua anak saya begitu enjoy memainkan permainan yang ada di SYAAMIL NOTE. Di sela-sela permainan itu saya sebagai Ayah berbicara ke kamera, sebuah testimoni tentunya.

"Alhamdulillah, saya dan keluarga sudah menggunakan SYAAMIL NOTE. Aplikasi-aplikasi yang ada di dalamnya sangat bermanfaat. Salah satunya adalah game A Ba Ta ini, yang memperkenalkan huruf-huruf Hijaiyyah dengan sangat menarik. Begitupun dengan cerita-cerita islami di dalamnya". Itulah testimoni saya sekaligus adegan terakhir dalam shooting saya.

O iya, SYAAMIL NOTE adalah Smartphone Islami pertama di dunia berbahasa Indonesia yang super lengkap dari Sygma CMC. Sebuah smartphone yang diperuntukkan bagi mereka yang menuntut mobilitas serba cepat, dimana umat muslim membutuhkan teknologi yang memberi kemudahan dalam mendapatkan panduan menjalani ibadah dan dakwah. Untuk itulah, Sygma Creative Media Corporation (Sygma CMC) sebagai perusahaan penerbit Al Quran yang juga bergerak di industri kreatif, melahirkan produk terbarunya, SYAAMIL NOTE, smartphone android yang didalamnya dilengkapi aplikasi built in islami paling lengkap. 

Dari shooting iklan SYAAMIL NOTE ini saya jadi punya pengalaman, pengetahuan juga pelajaran. Pengalaman tentunya ini adalah moment pertama saya berakting di depan kamera. Pernah sih dulu waktu kuliah tingkat satu main teater, tapi cuma di sanggar kampus saja, tidak sampai profesional apalagi hingga berakting di depan kamera. Seneng aja. Suasananya akrab, apalagi kalau terjadi salah dialog atau salah pengucapan, sontak kita terbahak.

Pengetahuan sayapun tentunya bertambah, terutama dalam hal seni peran dan pembuatan script. Saya suka kalau ditantang membuat script. Pernah beberapa kali juga dalam perusahaan lomba membuat script iklan, Alhamdulillah saya dan tim selalu menang. Saya jadi tahu, ternyata shooting itu begini ya, dialognya itu ga asal dialog ya, mesti jelas artikulasinya, mesti tahu apa yang mesti ditekankan sebagai messege sebuah iklan. Saya juga jadi tahu ternyata mau take aja mesti nunggu giliran ya, saya sampai nundutan nunggu giliran take =D Kebayang aja kalau shooting sinetron yang kejar tayang tiap hari, beuh!

Pelajaran yang saya peroleh dari shooting perdana ini adalah saya jadi berpikir inilah kehidupan. Maksudnya adegan dalam shooting ini adalah mirip dengan kehidupan. Dalam shooting kita dituntut untuk memerankan peran yang diamanahkan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh dalam adegan shooting kita serakah dengan ikut memerankan karakter yang diamanahkan ke orang lain. Misalkan, saya kemarin memerankan seorang Ayah, tugas saya adalah memerankan tokoh Ayah dengan sebaiknya. Tidak boleh jika kemudian  saya juga memerankan anak dalam waktun yang bersamaan, itu tidak sesuai skenario. Nah, kalau peran sudah tidak sesuai skenario maka adegan pun akan kacau, dan tujuan yang ingin dicapai dari shooting itupun tidak di dapat.

Ketika kita memerankan peran sesuai dengan skenario dengan baik, maka adegan yang dinginkan akan tercapai, pesan yang diinginkanpun akan terwujud.

Pun, dengan kehidupan kita. Allah menakdirkan kita hidup di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai peran. Ada peran yang berat, ringan, besar dan kecil.  Ada yang jadi RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, hingga Presiden. Ada yang jadi staf, manajer, General Manajer, direktur bahkan CEO. Ada yang jadi Ayah, Ibu, juga Anak.

Semua memiliki peran masing-masing dalam adegan kehidupan ini. Semua dituntut untuk memerankan perannya. Semoga, kita semua bisa memerankan peran yang Allah amanahkan ke kita saat ini dengan sebaik-baiknya.


Sekitar jam tujuh malam shooting selesai, saya dan kru pulang ke kantor. Alhamdulillah, meski tidak sempurna saya telah menyelesaikan peran dalam adegan itu. Semoga sayapun bisa memerankan "peran" kehidupan yang Allah amanahkan ke saya, sebagai suami, ayah, anak, karyawan dengan baik. Aamiin.

Minggu, 14 Juni 2015

Serunya Mabit Metode TIKRAR.

Apa yang ada di benak kita jika mendengar kata MABIT?
Mungkin langsung teringat masa-masa sekolah dulu waktu jadi ROHIS atau ketika jadi Remaja Mesjid. Nginep di sekolah, baca Al Quran, kajian agama, dsb.

Ya, memang seperti itulah mabit. Mabit adalah salah satu sarana tarbiyah (wasa’iluttarbiyah). Secara bahasa, mabit berarti bermalam.Dalam terminologi dakwah dan tarbiyah, mabit adalah salah satu sarana tarbiyah untuk membina ruhiyah, melembutkan hati, membersihkan jiwa, dan membiasakan fisik untuk beribadah (khususnya shalat tahajjud, dzikir, tadabbur dan tafakkur). Kemudian untuk memudahkan memahami definisi ini, biasanya mabit dijadikan akronim dari MAlam Bina Iman dan Taqwa.

Alhamdulillah, tadi malam saya dan teman-teman kantor, para atasan dan karyawan grup telah “sukses” melaksanakan mabit :-D Tempatnya di kantor. Meski mabit merupakan acara rutin bulanan kantor kami tapi mabit kali ini berasa special, karena kita mengundang karyawan grup perusahaan dan para atasan, banyakan. Jadi rame dan seru.

Mabit kali ini temanya adalah “ Menyambut Ramadhan dengan Keberkahan METODE TIKRAR”. Selain dalam rangka menyambut Ramadhan, yang insya Allah tinggal beberapa hari lagi, juga dalam rangka praktik atau simulasi Metode Tikrar yang ada dalam Al Quran Hafalan Tikrar, produk terbaru Syaamil Quran yang sedang booming dua bulan terakhir ini.

Kebetulan saya dan teman-teman kebagian jadi panitia (ga kebetulan juga seh, perasaan tiap acara jadi panitia hehehe...). Lumayan riweuh, nyusun acara, bikin desain, dan nge-sett ruangan tempat mabit di sela-sela waktu kerja. Tapi da bawaannya dibikin seneng, ya Alhamdulillah ceria aja para panitia ini. Kitamah gitu orangnya =D

MC: Ust. Yusuf NS

Acara sendiri dimulai dari pukul 18.00, dengan solat maghrib berjamaah. Setelah solat maghrib dilanjut dengan makan malam berjamaah. Menunya semarak; rendang ayam, telor bumbu merah, perkedel, nasi uduk, buah-buahan, dan sebagainya. Ini menu Wahabi =D Sebutan kami untuk kateringnya Ustadz Abdul Wahab =D

Sebelum acara dimulai, makan dulu bro!

Meski ga semua hadir, dari 70 undangan yang hadir sekitar 20-an, suasana tetap semangat dan meriah. Baru juga pembukaan, tim marketing sudah melakukan “bazaar” dadakan. Hasilnya semua mushaf Tikrar yang dibawa ludes diborong peserta mabit, apalagi tim marketing memberikan mushaf Tikrar secara gratis untuk pengambilan pertama dan wajib mengambil mushaf yang kedua dengan membayar setengah harga, alias discon 50%. HEBAATTT!

Kita semua mempraktekan metode Tikrar dengan arahan langsung dari Ustad Abdul Wahab, penanggung jawab materi Mushaf Tikrar. Beliau menjelaskan Metode Tikrar adalah bentuk sistematisasi dari cara menghafal Al-Qur’an paling tua dan yang banyak diamalkan oleh para huffazh (penghafal Al-Qur’an) dari dulu hingga sekarang. Caranya adalah dengan mengajak para pembaca untuk MEMBACA ayat secara berulang-ulang, dengan jumlah pengulangan yang telah ditentukan. Sehingga ketika kita membaca secara berulang  dengan metode Tikrar ini maka tanpa sadar kita telah “menanamkan” apa yang kita baca di alam bawah sadar kita, dan dengan sendirinya kita akan hafal. Tak salah jika tagline Mushaf Tikrar ini adalah Hafal Tanpa Menghafal. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat videonya di SINI.

Ust. Abdul Wahab Lc. sedang menerangkan metode TIKRAR

Dalam suatu riwayat, ketika ditanya tentang kekuatan hafalannya, Imam Al Bukhari menjawab, “Saya tidak menemukan cara menghafal lebih efektif selain dengan cara terus-menerus melihat tulisan dan mengulang-ulang perkataan karena itulah sejatinya hafalan.”

Dari hasilpenelitian kesehatan modern, ditemukan fakta bahwa tikrar (repetition) atau pengulangan itu sangat membantu menguatkan hafalan.Simpulan dari penelitian ilmiah itu adalah,Repetition is the key to memorization. The more you say it, the more likely you'll remember it.” (Pengulangan adalah kunci untuk hafalan. Semakin sering Anda mengucapkannya, semakin kuat kamu mengingatnya).

Peserta serius mendengarkan

Konon, para santri tahfizh di Masjid Nabawi dan Haram Makkiy juga melakukan tikrar sekurang-kurangnya sebanyak 40 kali pengulangan. Dari dasar itulah, Syaamil Quran merancang  metode menghafal bittikrar yang disatukan dengan mushafnya. Tujuannya agar para pembaca Al-Qur’an bisa hafal Al-Qur’an tanpa menghafalkannya, dengan syarat metode ini dijalankan dengan sebenar-benarnya. 

Sesuai anjuran ketua panitia, bahwa peserta hanya boleh istirahat bilamana telah menyetorkan 2 maqro hafalan hasil metode tikrar! Nah Lho! Alhasil, setelah selesai penjelasan ustadz Abdul Wahab selesai, semua peserta ambil posisi nyaman untuk  mempraktekan metode Tikrar. Ada yang tetap di ruangan mabit dengan bersandar, ada yang tengkurap. Ada yang kembali ke ruangan kerja, menyendiri supaya khusu', ada juga yang sambil hilir mudik jalan-jalan sambil murrajaah.


Berbagai posisi peserta dalam mempraktekan metode Tirar

Di ruang kerjapun tak masalah

Dengan metode Tikrar, 1 maqto dibaca berulang sebanyak 40 kali. Satu Maqra terdiri dari 2 maqto, jadi untuk satu maqro dibaca berulang sebanyak 80 kali. Bagi yang belum terbiasa cukup pegal juga nih bibir untuk bisa "ingat" ayat-ayat yang dibaca itu. Tapi dari itu semua kita begitu antusias, semangat dan senang.

Tetap senyum meskipun ngejar 2 maqro
Ibu-ibu ga mau kalah fokus.

Menjelang malam, satu persatu peserta beristirahat setelah setor hafalan hasil metode Tikrar sebanyak 2 maqra. Malam ini mungkin kami hafal beberapa ayat tapi kemudian tidak menjamin besok hari ayat-ayat yang kami baca masih kami hafal. Karena sebagaimana Imam Al Bukhari katakan; membaca berulang adalah salah satu metode menghafal terbaik. Jadi intinya adalah rajin tilawah/membaca Al Quran akan memelihara ayat yang kita hafal sebelumnya.

Para Santri Tikrar Sygma

Patutlah kiranya hadits Nabi ini jadi bahan renungan sekaligus motivasi kita dalam berinteraksi dengan Al Quran;

"Biasakanlah kalian membaca al-Qur’an, Demi Allah yang nyawaku ada ditanganNya, hafalan al-Qur’an itu lebih mudah lepas dari seekor onta dari ikatannya." (HR Bukhari)

So, yuk membaca Al Quran!




WAJIB TAHU! INILAH CARA MENGETAHUI MADU YANG ASLI

Cara membedakan madu yang asli Meski madu bisa dibeli di banyak tempat, nyatanya tidak semua madu yang ditawarkan adalah madu asli. Banyak o...